Jakarta, 11 November 2025 – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Bapak Abdul Mu’ti, menegaskan kembali pentingnya penguatan literasi keagamaan lintas budaya sebagai fondasi utama dalam pembentukan karakter generasi muda Indonesia. Hal ini disampaikan dalam pidato kuncinya pada Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya (ICCCRL) yang diselenggarakan oleh KEMDIKDASMEN dan mitra.

Dalam kesempatan tersebut, Menteri Mu’ti menekankan bahwa perbedaan di antara manusia bukanlah pemisah, melainkan rahmah (berkah) dan pengikat sesuai dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika. Konsep ini selaras dengan ajaran lita’arofu, yaitu saling mengenal, memahami, menghormati, dan bekerja sama antar sesama.

Beliau menyerukan bahwa kunci untuk mewujudkan kehidupan yang rukun di tengah masyarakat yang majemuk adalah dengan menerapkan tiga prinsip dasar: “Open Mind, Open Heart, dan Open House” [06:00]. Prinsip ini mendorong semua pihak, terutama para pendidik, untuk membuka diri, membuka hati, dan siap bekerja sama dengan siapapun.

Untuk memperkuat karakter generasi yang terbuka dan siap berkolaborasi, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah telah menetapkan tiga kebijakan strategis yang relevan bagi seluruh guru anggota PGRI:

  • Pendekatan Pembelajaran Mendalam (Deep Learning):
    Program ini bertujuan membentuk generasi yang beriman dan bertakwa, sekaligus menjadi warga bangsa dan warga dunia yang baik, serta siap berkolaborasi dalam kehidupan nyata
  • Kebiasaan Tujuh Anak Indonesia Hebat (7 KH):
    Kebijakan ini mendorong generasi muda untuk memiliki lebih banyak aktivitas sosial di dunia nyata, termasuk berolahraga dan bermasyarakat, agar mereka dapat bergaul dengan teman sebaya yang berbeda latar belakang agama dan budaya [10:35]. Menteri Mu’ti menyebutkan bahwa kurangnya ruang interaksi sosial nyata saat ini menjadi salah satu akar masalah kekerasan dan perundungan digital yang merusak mentalitas generasi muda
  •  Penguatan Layanan Konseling:
    Kementerian memprioritaskan konseling sebagai program penting di mana guru dan orang tua diharapkan menjadi pendengar, sahabat, dan mentor yang baik bagi Generasi Z dan Generasi Alpha. Kesabaran dalam mendengar dan sikap terbuka untuk mengapresiasi anak sangat diperlukan untuk memberikan ruang bagi mereka untuk berbicara, mencurahkan isi hati, serta mengeksplorasi bakat dan minat mereka.

Menteri Mu’ti menggarisbawahi bahwa forum pendidikan harus menjadi gerakan bersama yang berbasis pendidikan di sekolah, keluarga, dan masyarakat, guna menciptakan suasana kehidupan yang semakin rukun dan harmonis.

PGRI Kota Cilegon diharapkan dapat menyebarluaskan pesan ini dan mengimplementasikan kebijakan-kebijakan tersebut secara optimal, mengingat peran vital guru sebagai garda terdepan dalam menanamkan nilai-nilai toleransi, kolaborasi, dan kerukunan.

Sumber Video: Pidato Menteri Abdul Mu’ti pada Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya (ICCCRL)***