Cilegon, 04 Oktober 2025 – Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Cabang Kecamatan Cibeber sukses menyelenggarakan Konferensi Cabang (Konfercab) Masa Bakti XXIII Tahun 2025-2030 di Forbis Hotel Cilegon pada Sabtu, 04 Oktober 2025. Acara penting ini menjadi manifestasi kedaulatan anggota untuk mengevaluasi program, merancang arah strategis, dan memilih kepemimpinan baru organisasi profesi guru di Cibeber untuk lima tahun ke depan.


Konferensi dibuka secara resmi oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Cilegon yang diwakili oleh Bapak Ahmad Najib. Acara ini dihadiri oleh jajaran Pengurus PGRI Kota Cilegon, Ketua Cabang PGRI Se-Kota Cilegon, Perwakilan Kecamatan, Kepala Satuan Pendidikan Negeri dan Swasta Se-Kecamatan Cibeber, serta perwakilan guru dari sekolah-sekolah di Cibeber.

Acara diawali dengan Laporan Panitia Pelaksana yang disampaikan oleh Ketua Panitia, Ahmad Jahuri. Dalam laporannya, Ahmad Jahuri menyampaikan rasa terima kasih atas semangat solidaritas dan dukungan seluruh pihak yang telah menyukseskan Konncab. Ia menekankan bahwa Konccab ini adalah momentum untuk memperkuat sinergi organisasi demi kepentingan anggota dan kemajuan pendidikan.

Sementara itu, Ketua PGRI Cabang Cibeber, Hj. Teti Suharyati, dalam sambutannya mengucapkan selamat datang kepada seluruh peserta dan undangan. Beliau menyampaikan apresiasi atas kinerja pengurus dan anggota PGRI Cibeber selama masa bakti sebelumnya, serta menyerukan agar Konferensi ini menghasilkan keputusan-keputusan hebat yang berlandaskan pada kepentingan guru dan selaras dengan tantangan pendidikan di era digital.

PGRI Harus Jadi Rumah Advokasi yang Gesit
Ketua PGRI Kota Cilegon, Bahrudin, M.Pd., dalam sambutannya menyampaikan bahwa Konferensi Cabang PGRI Cibeber ini adalah hajat besar organisasi dan menjadi saksi berkumpulnya para pejuang pendidikan. Beliau menegaskan bahwa PGRI adalah wadah perjuangan, organisasi keprofesian yang bertanggung jawab memperjuangkan nasib dan melindungi hak-hak asasi guru, serta meningkatkan kualitas profesi.

Bahrudin menyoroti beberapa isu krusial yang harus menjadi fokus utama PGRI Cibeber ke depan:

  • Kesejahteraan dan Perlindungan Hukum: Fokus utama adalah memperjuangkan kejelasan Tunjangan Profesi Guru (TPG) agar dipertahankan dan tidak dihapus dalam revisi RUU Sisdiknas. PGRI harus lebih sigap memberikan perlindungan hukum kepada anggotanya.
  • Profesionalisme di Era Digital dan AI: Guru didorong untuk beradaptasi dengan kecerdasan buatan (AI) dan integrasi coding dalam kurikulum. Peran guru bergeser dari sekadar agen pengetahuan menjadi agen pembelajaran (learning agent) yang melek TIK dan budaya digital.
  • Penguatan Advokasi: Tidak ada toleransi bagi diskriminasi dan ketidakadilan, termasuk disparitas perlakuan terhadap Guru PPPK. PGRI Cibeber harus menjadi Rumah Advokasi yang gesit membela hak-hak guru, baik ASN, PPPK, maupun Honorer.
  • Peningkatan Kompetensi Berkelanjutan: Perlunya memanfaatkan potensi organisasi untuk mengadakan pelatihan terstruktur, workshop, dan kajian akademik yang berfokus pada implementasi deep learning, integrasi teknologi, serta reflective teaching.

Mengakhiri sambutannya, Bahrudin menekankan bahwa PGRI harus menjadi motor penggerak dan sarana perjuangan yang benar-benar dirasakan manfaatnya oleh setiap guru. “Masa depan guru tidak boleh tidak menjanjikan. PGRI hadir untuk memastikan masa depan itu cerah, terjamin, dan penuh martabat,” pungkasnya.

Koncab PGRI Cibeber Masa Bakti 2025-2030 diharapkan berjalan lancar, demokratis, dan menghasilkan keputusan terbaik untuk kemajuan bersama.